Minggu, 15 Juni 2014

Cetak Tinggi

            Bagi setiap orang seni itu memiliki arti yang berbeda. Berbeda arti tentu juga berbeda makna. Bagi orang dewasa yang telah mengenal berbagai bentuk kesenian menganggap seni merupakan hasil cipta rasa karsa manusia yang mengandung unsur keindahan yang dirasakan oleh indera. Namun bagi anak-anak yang masih awam dengan seni, mereka menganggap seni itu seperti mainan baru. Jika anak-anak diberikan mainan baru, maka mereka akan senang untuk memainkannya. Begitu juga dengan seni, anak-anak akan senang apabila belajar tentang seni. Apalagi menurut mereka, itu adalah sesuatu yang baru. Pada umumnya anak-anak usia sekolah dasar sangat senang dengan kegiatan mencoba-coba. Karena pada tahap operasional kongkrit rasa ingin tau anak itu sangat tinggi. Seni merupakan kegiatan mencoba-coba. Mencoba untuk mendapatkan sesuatu yang bagus, bagi anak-anak.
            Terdapat beberapa jenis seni yang dapat diajarkan kepada anak-anak, baik seni rupa, seni tari, seni musik dan seni teater. Untuk seni rupa terdapat banyak kegiatan yang diajarkan kepada anak-anak, salah satunya adalah cetak tinggi. Dalam perkuliahan pendidikan seni rupa yang diajarkan oleh Bapak Jajang Suryana, beliau menjelaskan bahwa kegiatan cetak tinggi sangat bermanfaat bagi anak-anak. Kegiatan ini akan dapat mengembangkan kreatifitas anak-anak dalam berpikir, dan mengembangkan imajinasinya. Saya sebagai mahasiswa dan calon guru, baru pada perkuliahan ini saya mendapatkan pembelajaran seni rupa. Jadi tidak heran saat dosen menyebutkan kegiatan cetak tinggi, saya merasa bingung. Apa kegiatan cetak tinggi itu? Bagaimana kegiatannya? Dalam pikiran saya, cetak tinggi adalah kegiatan mencetak sesuatu dengan ketinggian tertentu. Ternyata itu salah. Kegiatan cetak tinggi merupakan salah satu seni cetak untuk mencetak gambar atau tulisan dengan menggunakan cetakan yang mempunyai permukaan tinggi atau timbul. Contoh cetak tinggi yang sering kita jumpai adalah stempel. Cetakan stempel itu memiliki permukaan yang tinggi dan timbul, sehingga pada saat di tempelkan pada tinta, maka hanya bagian yang tinggi yang terkena tinta. Sehingga saat ditempelkan pada kertas dapat membentuk pola sesuai cetakan.
            Stempel tersebut merupakan jenis cetak tinggi yang pengerjaannya cukup sulit, karena cetakan yang digunakan terbuat dari kayu, dan motif cetakan juga sangat rumit. Tetapi untuk mengajarkan cetak tinggi pada anak sekolah dasar, kita tidak perlu menyuruh siswa untuk melakukan cetak tinggi dengan stempel itu. Sebenarnya banyak bahan-bahan yang dapat digunakan dalam kegiatan cetak tinggi. Bahan-bahan tersebut juga mudah ditemukan di lingkungan sekitar, dan bahkan bisa didapatkan dengan tanpa membeli. Bahan tersebut adalah pelepah daun pisang, dan umbi-umbian seperti wortel dan kentang. Pelepah daun pisang sangat baik digunakan dalam kegiatan cetak tinggi, karena teksturnya yang tidak keras, gampang diolah dan memiliki serat-serat yang baik. Menggunakan pelepah daun pisang sangat gampang, tinggal memotong salah satu ujungnya hingga permukaannya datar. Tetapi jika ingin memodifikasi bisa juga dengan memotong pinggirnya agar yang terlihat nanti hanya serat pelepah daun pisang saja.
Selain menggunakan pelepah daun pisang, menggunakan umbi-umbian seperti kentang dan wortel juga sangat mudah. Tekstur yang lembut dan lunak memudahkan kita untuk mengolahnya menjadi cetakan. Dalam menggunakan bahan yang lunak seperti kentang dan wortel kita harus membuat bentuk sesuai dengan yang diinginkan. Caranya dengan mencungkil bahan itu sehingga motif/bentuk yang kita inginkan memiliki permukaan yang lebih tinggi. Teknik tersebut biasanya disebut dengan menoreh atau mencukil. Untuk tinta kita bisa menggunakan tinta pada bantalan stempel. Sehingga kita bisa menggunakan dengan praktis dan warna tinta akan lebih jelas. Akan tetapi ada beberapa kekurangan dalam menggunakan tinta, yaitu kita hanya bisa mendapatkan satu warna saja dan harga tinta itu harganya cukup mahal. Alternatif lain kita bisa menggunakan pewarna makanan atau sumbe. Jika menggunakan pewarna makanan kita akan mendapatkan berbagai macam warna, tetapi warna yang dihasilkan tidak sebagus tinta. Untuk mengajarkan teknik cetak tinggi di sekolah dasar, menggunakan pelepah daun pisang dan umbi-umbian sebagai bahan cetakan kemudian menggunakan pewarna makanan sebagai pemberi warna rasanya sudah baik. Tetapi kita juga harus mengkondisikan dengan lingkungan sekitas di sekolah tersebut.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah alat dan bahan yang saya gunakan dalam kegiatan cetak tinggi, pada perkuliahan pendidikan seni rupa.
Alat dan Bahan
Pisau
Kertas gambar
Pewarna makanan
Pelepah daun pisang
Ranting daun
Botol air mineral kecil
Kain
Air

Langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut:
  1. Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan, seperti yang sudah dijelaskan di atas.
  2. Potonglah bagian ujung pelepah daun pisang hingga permukaanya datar.
  3. Campur pewarna makanan dengan air (Pewarna dan air sedikit saja) pada botol air mineral kecil.
  4. Celupkan pelepah daun pisang ke dalam pewarna, kemudian usap-usapkan pada kain agar pewarna yang menempel pada pelepah daun pisang tidak terlalu banyak.
  5. Tempelkan pelepah daun pisang pada kertas yang telah disediakan sesuai dengan motif atau gambar yang di inginkan.
  6. Tekan secara merata agar cetakan yang dihasilkan bagus.
  7. Kemudian angkat cetakan atau pelepah daun pisang, maka akan terlihat pola cetakan pada kertas gambar.
  8. Lakukan berulang kali untuk membentuk gambar yang diinginkan, dan gunakan warna yang berbeda agar gambar memiliki warna bervariasi
  9. Potong ranting daun pada bagian ujungnya, sampai permukaan datar.
  10. Celupkan ujung ranting daun itu pada pewarna, kemudian tempelkan pada tengah-tengah cetakan pelepah daun pisang tadi.
  11. Selanjutnya celupkan semua bagian ranting daun pada pewarna, kemudian tempelkan pada kertas gambar untuk membuat cetakan batang bunga.
  12. Angkat ranting daun itu.
  13. Apabila ingin membuat lebih dari satu gambar, ulangi langkah di atas.

Berikut ini adalah hasil karya cetak tinggi yang saya buat dalam mata kuliah pendidikan seni rupa.






 Proses pembuatan gambar dengan cetak tinggi sangat sederhana, tetapi perlu ketelitian dan kecermatan dalam menempelkan cetakan agar warna yang dihasilkan bagus dan motif gambar juga bagus. Setelah saya melakukan kegiatan cetak tinggi, saya melihat serat-serat dari pelepah daun pisang itu sangat indah apabila membentuk gambar bunga. Tetapi dalam proses pembuatan saya menemukan beberapa kendala. Yang pertama adalah ketika saya menempelkan cetakan/pelepah daun pisang pada kertas, kadang-kadang hasilnya tidak bagus. Bisa jadi pewarna terlalu banyak, sehingga hasil cetakan basah dan serat pelepah daun pisang tidak terlihat. Kadang-kadang pewarna juga terlalu sedikit, sehingga hasil cetakan kurang jelas. Nah solusi yang saya lakukan adalah sebelum menempelkan cetakan/pelepah daun pisang yang sudah dicelupkan pewarna pada kertas gambar, maka usap-usapkan ujung cetakan itu pada kain agar cetakan tidak terlalu basah. Kemudian pada saat menempelkan cetakan/pelepah daun pisang, tekan secara merata agar hasilnya bagus. Perlu anda ketahui bahwa sekali mencelupkan cetakan/pelepah daun pisang idealnya dapat digunakan untuk tiga kali mencetak agar hasil cetakan memiliki warna yang baik.
Demikianlah proses kegiatan cetak tinggi yang saya lakukan pada perkuliahan pendidikan seni rupa. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca, dan bagi anda yang ingin melakukan kegiatan cetak tinggi saya ucapkan selamat mencoba.


Minggu, 20 April 2014

PENDIDIKAN SENI

Pendidikan seni terbentuk dari kata pendidikan dan seni. Hal ini membawa implikasi bahwa proses pendidikan seni tidak hanya difungsikan untuk melatih siswa agar mampu menguasai proses dan teknik berkarya seni saja, namun melalui proses ini juga difungsikan sebagai alat pendidikan dalam membantu siswa untuk mencapai kedewasaan.
Namun banyak orang yang beranggapan, bahwa pendidikan seni yang diajarkan pada siswa itu sebagai tujuan pendidikan. Hal itu sebenarnya merupakan pemikiran yang keliru. Jajang Suryana (2010) menyatakan bahwa,
“tujuan utama pendidikan pada hakikatnya untuk mengantarkan anak menyelesaikan tahap-tahapan tugas perkembangannya. Perkembangan fisik, psikis, nalar, rasa, etika, perilaku, kesadaran sosial, kesadaran lingkungan, dan tata nilai, masing-masing pembinaannya dititipkan kepada bidang-bidang ajar tertentu. Semua bidang ajar tersebut hanyalah alat, bukan tujuan. Oleh karena itu, pembelajaran pendidikan seni, sama seperti pembelajaran pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan olahraga, pendidikan keilmualaman, dan bidang ajar pendidikan yang lainnya.”

          Dengan demikian, sebenarnya pendidikan seni merupakan alat untuk mencapai kedewasaan, bukan sebagai tujuan. Kedewasaan yang dimaksudkan adalah dewasa dalam intelektual dan emosionalnya. Dewasa dalam intelektual artinya siswa dapat memahami dan mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan usianya. Usia anak sekolah dasar tentunya berbeda dengan usia anak SMP dan SMA, karena itu kedewasaan intelektual pada siswa sekolah dasar meliputi kemampuan anak memahami segala sesuatu pengetahuan yang di ajarkan kepadanya. Sedangkan dewasa dalam emosional artinya siswa sekolah dasar dapat menjaga dan mengatur emosionalnya dengan baik. Emosional ini mencakup keadaan anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya, dengan guru di sekolah, orang tua di rumah dan bahkan dengan orang-orang dimasyarakat. Siswa sekolah dasar yang berada dalam tahap operasional konkret cenderung sulit untuk mengembangkan emosionalnya. Tetapi dengan pendidikan seni keadaan emosional anak akan dilatih secara tidak langsung, melalui kegiatan-kegiatan seni. Hal itu akan mengakibatkan emosional anak dapat berkembang ke arah yang lebih baik sehingga bisa mencapai kedewasaan pada usianya.
Selain mencapai kedewasaan intelektual dan emosional, pendidikan seni dapat membantu anak mencapai kedewasaan secara jasmani dan rohani. Secara jasmani anak-anak akan mengalami perkembangan fisik yang baik pada usianya. Secara rohani pola pikir anak tentang hal-hal rohani akan mulai tertata dengan baik. Mulai dari pentingnya melakukan berdoa sebelum berangkat sekolah.
Semua hal yang telah diuraikan di atas dapat dimiliki oleh setiap anak-anak setelah mendapatkan pendidikan seni. Maka dari itu pendidikan seni dapat dikatakan sebagai alat untuk membantu siswa mencapai kedewasaan, bukan sebagai tujuan. Kedewasaan dalam intelektual, emosional, jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan usianya. 

Mozaik

Bagi setiap orang seni adalah keindahan. Keindahan yang muncul dari seni menimbulkan rasa senang dan puas bagi penikmat seni. Begitu pula bagi siswa sekolah dasar, seni adalah bentuk keindahan yang dapat membuat perasaan senang dalam membuat atau melihatnya. Di sekolah dasar, pendidikan seni rupa dapat diajarkan pada siswa dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah dengan kegiatan menggambar. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa siswa sekolah dasar sangat senang dengan menggambar. Kegiatan menggambar dapat menumbuhkan kreativitas siswa. Tetapi dalam pembelajaran seni di sekolah dasar, peran guru sangatlah penting. Guru harus pintar memilih kegiatan pembelajaran bagi siswa. Apabila guru terus memilih kegiatan pembelajaran dengan menggambar, maka rasa jenuh bagi siswa akan muncul. Perasaan jenuh tersebut bisa membuat motivasi belajar siswa menurun, akibatnya pembelajaran tidak berlangsung dengan optimal.
Untuk mengatasi hal tersebut, kreativitas guru dalam mengajar sangatlah penting. Cara yang dapat dilakukan guru adalah mengajarkan seni dengan kegiatan mozaik. Bagi siswa sekolah dasar, kata mozaik mungkin asing baginya. Tapi kegiatan mozaik dapat membuat motivasi belajar siswa semakin tinggi.
Mozaik adalah salah satu bagian dari seni rupa. Mozaik merupakan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan bahan-bahan bekas yang dipotong-potong kemudian disusun dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara di lem. Kegiatan pembelajaran dengan mozaik sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya yang mahal. Berikut ini akan dijelaskan alat dan bahan yang digunakan dalam membuat mozaik, dan langkah-langkah dalam pembuatan mozaik.

Alat dan Bahan:
  1. Buku gambar
  2. Pensil atau pulpen
  3. Kertas   berwarna (bisa menggunakan majalah bekas atau koran bekas agar warna bergradasi)
  4. Lem kertas
  5. Gunting

Langkah-langkah pembuatan:
  1. Buat pola gambar yang diinginkan dalam buku gambar.
  2. Gunting kertas warna (majalah bekas atau koran bekas) dengan bentuk persegi, lingkaran, segitiga, dan sebagainya.
  3. Tempel potongan kertas pada pola gambar yang dibuat dengan menggunakan lem kertas. Dalam menempel, variasikan warna potongan kertas agar pola yang terbentuk mendapatkan hasil yang baik.
  4. Gunakan alat bantu seperti pensil untuk menekan potongan kertas agar menempel dengan baik.

Berikut ini adalah mozaik yang saya buat dalam mata kuliah pendidikan seni rupa.


Proses pembuatan mozaik ini cukup sederhana dan mudah dikerjakan. Pertama kita harus membuat pola gambar yang kita inginkan. Setelah pola dibuat, maka selanjutnya memilih kertas yang memiliki gradasi warna. Gradasi warna akan memberikan warna yang baik dan indah saat sudah ditempel. Pada saat menempel memerlukan kesabaran yang tinggi, karena potongan kertas yang harus ditempel untuk menutupi pola gambar cukup banyak. Apalagi potongan kertas yang kecil-kecil menyebabkan susah untuk menempel. Proses penempelan itu menjadi kendala tersulit dalam membuat mozaik. Tetapi jika sudah sabar, maka kendala itu pasti dapat diatasi.
Untuk lebih mudah dalam membuat mozaik, maka tipsnya adalah konsep gambar dan warna yang akan dibuat telah kita pikirkan dan sudah disiapkan bahannya. Dengan demikian dalam bekerja akan mudah untuk menentukan bagian mana yang pertama ditempel dan mengurangi kemungkinan kesalahan dalam menempel. Apabila kita salah menempel, maka akan susah untuk melepaskan kertasnya. Bisa-bisa kertas yang akan dilepas robek.
Untuk siswa sekolah dasar, mengajarkan mozaik cukup dengan konsep sederhana. Misalkan menyuruh siswa membuat gambar apel yang berwarna merah. Dengan demikian akan lebih memudahkan siswa dalam menempel, karena cukup menggunakan kertas yang berwarna merah. Selain itu, potongan kertas yang digunakan siswa bisa lebih besar, untuk menghindari kejenuhan siswa dalam menempel. 

Montase

          Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengajarkan seni pada siswa sekolah dasar. Salah satu caranya adalah dengan kegiatan montase. Montase adalah kegiatan menyusun ulang sesuatu yang sudah ada atau teknik menggambar dengan memanfaatkan gambar yang sudah tersedia, kemudian disusun menjadi sebuah gambaran yang baru. Misalnya ada gambar sebuah foto pada majalah, kemudian dipotong dan tempelkan pada latar belakang yang berbeda, sehingga menimbulkan gambar baru.
        Teknik montase mirip dengan program photoshop yang digunakan untuk mengedit foto. Dalam montase diperlukan kreativitas dan ide-ide yang bagus untuk menghasilkan gambar yang baik. Montase ini sangat cocok diajarkan pada siswa sekolah dasar. Karena kita tau bahwa anak usia sekolah dasar mempunyai rasa ingin tau yang sangat besar, sehingga kemauan untuk mencoba-coba sangat baik dalam belajar montase. Misalkan siswa mencoba untuk menempelkan badan kucing dengan kepala anjing. Kreativitas seperti itulah yang diperlukan dalam pembuatan montase, sehingga nantinya terbentuk gambar yang baru dengan cerita yang jelas.
            Berikut ini akan dijelaskan alat dan bahan yang digunakan dalam membuat montase, dan bagaimana langkah-langkah dalam membuat montase.

Alat dan Bahan
  1. Gunting
  2.  Lem kertas
  3. Gambar-gambar (bisa dari majalah, koran, dll)
  4. Buku gambar
Langkah-langkah pembuatan
  1. Siapkan buku gambar sebagai tempat menempel
  2. Gunting gambar yang ada di majalah atau koran.
  3. Pasangkan gambar-gambar yang cocok atau serasi.
  4. Tempel gambar-gambar yang telah di anggap serasi dengan menggunakan lem kertas, sehingga membentuk kesatuan gambar yang baik dan menjadi sebuah gambar yang baru.



        Gambar di atas adalah contoh montase yang saya buat dalam mata kuliah pendidikan seni rupa. Gambar itu terlihat sederhana. Menggunakan gambar-gambar dari majalah yang sudah tidak terpakai. Awalnya gambar-gambar itu tempatnya terpisah-pisah, tapi dalam montase dijadikan satu agar membentuk sebuah gambar yang baru. Kendala-kendala dalam membuat montase itu adalah mencari gambar-gambar dan menyusun gambar itu, sehingga menjadi gambar yang bagus. Apabila sudah mempunyai beberapa gambar, maka pekerjaan akan semakin mudah karena gambar telah ada. Tetapi kalau gambar belum ada, pekerjaan akan semakin sulit karena perlu mencari gambar yang akan digunakan dan menyusun gambar itu menjadi gambar yang baik. Untuk itulah pentingnya kesiapan bahan gambar yang banyak. Semakin banyak ada gambar, maka semakin mudah untuk merangkai atau menyusunnya. Dalam montase ini, kreativitas sangat berperan penting. Kreativitas dalam memilih gambar dan menyusun gambar. 
           Untuk mengajarkan montase pada siswa sekolah dasar, cukup mengajarkan montase yang sederhana. Misalkan membuat montase tentang kehidupan di kota. Anak-anak bisa mengambil gambar daerah perkotaan di koran, kemudian mengambil gambar mobil atau motor. Tempekan gambar mobil atau motor pada gambar jalan di perkotaan. Itu salah satu contohnya, masih banyak lagi contoh montase sederhana yang bisa dibuat oleh siswa SD. Dalam megajarkan montase, tekankan pada siswa untuk menggunakan bahan-bahan bekas (gambar dari koran bekas, atau majalah bekas) agar menghemat biaya tapi tujuannya tetap tercapai.

            

Air Brush Sederhana

Pendidikan seni rupa di sekolah dasar menjadi bagian integral dalam membentuk kedewasaan siswa SD. Melatih kreativitas, kesabaran, ketelitian akan mengembangkan prilaku kedewasaan anak-anak. Hal itulah yang membuat seni sangat penting bagi siswa di sekolah dasar.
            Pembelajaran seni di sekolah dasar dapat diajarkan dengan berbagai cara atau kegiatan. Salah satunya adalah kegiatan air brush sederhana. Air brush sederhana merupakan teknik seni lukis seni rupa yang menggunakan alat-alat sederhana. Dalam kegiatana air brush sederhana ini diperlukan beberapa sikap siswa, sikap itu adalah kreativitas, ketelitian, kesabaran, dan kerapian. Siswa harus kreatif dalam membuat ide, benda apa saja yang akan digunakan. Dalam melakukan air brush, siswa harus teliti agar pekerjaannya menjadi rapi dan tentunya harus sabar dalam menggosok-gosok sikat. Teknik menggosok yang baik adalah menggosok dengan cairan pewarna yang sedikit dan digosok berulang kali sampai pewarna dalam saringan habis. Pada saat menggosok, jarak antara sikat dengan kertas gambar tidak boleh terlalu dekat. Apabila jarak terlalu dekat, maka cairan warna yang jatuh akan terlalu besar. Hal itu menyebabkan air brush terlihat kurang baik. Jarak yang baik saat menggosok adalah 20 sampai 25 cm. Jarak yang demikian akan membuat pewarna yang jatuh akan merata dan kecil-kecil tapi bagus.
Untuk membuat air brush sederhana diperlukan beberapa alat dan bahan, serta langkah-langkah pembuatan yang tepat. Berikut ini akan dijelaskan alat dan bahan yang digunakan, dan langkah-langkah dalam membuat air brush sederhana.
Alat dan Bahan:
  1.  Kertas gambar
  2. Pewarna (cat air atau pewarna alami)
  3. Sikat gigi bekas
  4. Sisir atau saringan
  5. Berbagai bentuk pola cetakan seperti gambar atau benda asli seperti daun
  6. Tempat cat air

Langkah-langkah Pembuatan:

  1. Siapkan kertas gambar.
  2. Pilih pola yang akan digunakan, kemudian taruh di atas kertas gambar dengan baik.
  3. Siapkan pewarna yang akan digunakan pada tempatnya cat air
  4. Celupkan sikat gigi pada pewarna.
  5. Gosok-gosokkan sikat gigi yang telah diberi pewarna diatas saringan atau sisir dengan jarak 20-25 cm.
  6. Celupkan kembali sikat gigi yang sudah dicuci pada pewarna lain bila ingin memberi warna yang lain.
  7. Kembali gosok-gosokkan sikat gigi yang telah diberi pewarna diatas saringan atau sisir dengan jarak 20-25 cm.
  8. Tunggu hingga pewarna tersebut kering.

Dibawah ini adalah hasil gambar air brush sederhana yang saya buat dalam mata kuliah pendidikan seni rupa.

Proses pembuatan gambar air brush sederhana itu cukup sederhana. Di awali dengan menentukan ide, gambar apa yang akan dibuat. Kemudian membuat cetakan gambar pohon, daun, kupu-kupu. Setelah gambar digunting, maka gambar siap ditaruh di atas kertas gambar. Proses selanjutnya adalah memberi warna dengan cara menggosok-gosok sikat gigi yang telah dicelupkan dalam pewarna pada saringan. Dalam menggosokkan sikat gigi, harus dilakukan dengan sangat teliti. Jaraknya harus tepat, pewarna dalam sikat tidak terlalu banyak, dan menggosok harus cepat agar titik air atau pewarna yang jatuh ukurannya kecil-kecil dan teratur. Apabila saat menggosok tidak hati-hati, bisa jadi pewarna yang jatuh ukurannya besar-besar dan menyebabkan kertas menjadi basah. Maka dari itu, sebelum menggosok kita harus tau teknik yang benar untuk mendapatkan hasil yang baik.
Kendala dalam menggambar dengan teknik air brush ini adalah membuat pola cetakan yang kita inginkan, dan menggosok-gosok sikat gigi. Untuk mengatasi kendala tersebut saya menggunakan beberapa benda asli seperti daun. Tapi dalam membuat cetakan gambar pohon, saya menggambarnya terlebih dulu di kertas, selanjutnya digunting dengan teliti.
Kegiatan menggambar dengan teknik air brush sederhana ini sangat baik diajarkan pada siswa sekolah dasar. Kegiatan itu dapat mengambangkan sikap siswa mencapai kedewasaan. Dewasa dalam berpikir dan berperilaku. Dalam berpikir akan diwujudkan dalam krativitasnya, sedangkan dalam berperilaku akan ditunjukkan dengan sikap siswa saat melakukan kegiatan itu. Untuk siswa sekolah dasar cukup menggunakan benda-benda asli seperti daun dan batang untuk cetakan. Dengan benda asli, siswa akan lebih mudah untuk bekerja.



Minggu, 16 Maret 2014

BEBAN DALAM POLA GAMBAR GUNUNG KEMBAR


Oleh
Jajang Suryana
Diresume oleh I Wayan Eka Martawan

         Perkembangan jaman yang semakin maju ternyata tidak mempengaruhi pola gambar siswa sekolah. Sebuah pola gambar yang memiliki gunung kembar menjadi keharusan dalam gambar anak. Tanpa disadari ternyata pola gunung kembar itu merupakan dua bidang luas yang sulit ditaklukan oleh anak-anak. Dalam pola gambar gunung kembar menyisakan dua ruang bidang gambar yang penggarapannya bisa melelahkan. Bagaimana siswa harus menggambar di lahan luas di depan penggambar hingga ujung kaki gunung? Siswa menyadari bahwa lahan yang luas itu harus diisi dengan gambar, karena itu siswa memerlukan pemikiran yang luas dan imajinasi yang baik dalam mengisi lahan itu.
            Dari beberapa gambar, ternyata telah ditemukan sebuah pemecahan masalah yaitu mengisi lahan luas itu dengan gambar jalan lurus atau berbelok (ini bagian pola wajib dalam pola gambar gunung kembar), mengisi bagian kiri dengan gambar petak-petak sawah atau tegalan yang pohonnya jarang, dan mengisi bagian sebelah kana dengan gambar air seperti danau, laut atau sungai. Namun dari gambar anak TK dan SD juga ada yang membuat penyelesaian masalah itu dengan mengisi bagian kosong di kanan dan kiri dengan petak-petak sawah atau tegalan, kemudian di bagian tengah diisi dengan gambar air seperti danau, laut dan sungai.
            Penyelesaian seperti di atas tidak terlalu menjadi beban bagi anak-anak sekolah TK dan SD kelas rendah. Karena bagi mereka mengisi lahan kosong yang luas itu cukup dengan mengisi gambar tegalan,  sebuah rumah, pohon besar (pohon kayu atau kelapa), orang dan vas bunga. Tetapi ternyata kondisi itu berbeda dengan anak-anak SD kelas tinggi, apalagi anak SMP dan SMA. Mereka dibebani dalam mengisi ruang kosong yang luas itu dengan gambar yang memiliki rasional. Membuat objek gambar yang rasional tentunya tidak mudah, dan butuh kejelian dan kesabaran dalam menggambar. Beban dalam mengisi lahan kosong itu sering menjadi keluhan bagi anak-anak dan remaja, yang sejak awal hanya bisa menggambar dengan pola gunung kembar.
        Bagi anak-anak dan remaja yang memiliiki pemikiran yang rasional dan memiliki teori gambar perspektif akan bisa mengatasi permasalahan itu. Misalnya mereka membuat objek gambar yang dekat dengan penggambar ukurannya lebih besar, sehingga bisa menutupi sebagian objek gambar di belakangnya. Sementara objek gambar jauh dari penggambar dibuat dengan ukuran yang lebih kecil dan sebagian objek terhalang oleh objek yang lebih dekat. Pengetahuan anak tentang teori perspektif membantu anak dalam menyusun objek yang saling menghalangi secara bersaf, sesuai dengan keadaan secara rasional. Lain dari itu, ada juga anak-anak remaja yang menemukan cara perubahan yang khas. Sebagai contoh, ketika anak-anak membuat gambar sebuah jalan, maka gambar lain seperti pohon, tiang listrik, atau objek gambar lain direbahkan ke arah sisi jalan yang berbeda, yaitu ke kiri dan ke kanan. Gambar-gambar kendaraan bisa digambarkan rebah ke arah kiri atau ke kanan. Yang unik dari hal ini adalah gambar-gambar lapangan atau kolam yang dasarnya segi empat, objek-objeknya akan digambarkan rebah keempat arah sisi bentuk objek. Tetapi anak-anak dan remaja sering mengalami kesulitan karena pola gambar yang mereka gunakan perspektif burung, yaitu semua objek digambar dengan posisi penggambar dari arah atas.
                Pola lain yang sering ditemukan sebagai bentuk penaklukan ruangan perspektifis pada anak dan remaja adalah pola susun. Pola susun ini biasa digunakan dalam lukisan tradisional. Pada pola ini, objek-objek gambar disusun berderet ke arah atas. Objek yang dekat ditempatkan lebih bawah, dan objek yang jauh ditempatkan lebih di atas.
            Berdasarkan penjelasan di atas, maka guru dan orang tua perlu memberikan perhatian khusus kepada anak yang sudah sangat kuat terikat dengan pola gambar gunung kembar. Guru dan orang tua harus mengenalkan pola perspektif objek, bahwa benda-benda yang ada di alam mempunyai posisi yang berbeda. Objek-objek selalu menempati ruang yang berbeda (contohkan dengan melihat benda-benda nyata di alam). Maka dari itu jika siswa menggambar alam, sebaiknya siswa melihat langsung objek benda di alam yang akan digambar. Sebab menggambar dengan menggunakan imajinasi sering menimbulkan perbedaan dengan pertimbangan rasio. Pertimbangan rasio ini yang sering membebani anak-anak dan remaja, apalagi beban itu ditambah dengan pertanyaan dari guru dan orang tua. “Kok gambarnya begitu?”, “mengapa tidak begini?”. Pertanyaan seperti itu akan membuat beban anak semakin besar, karena merasa apa yang dia gambar tidak benar. 

MEMBATIK SEDERHANA


        Pendidikan seni rupa di sekolah dasar merupakan bagian dari mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBDP). Hal itu mewajibkan guru di sekolah dasar yang mengajarkan mata pelajaran seni budaya dan prakarya harus bisa mengajarkan seni rupa kepada anak SD. Pendidikan seni rupa anak SD dengan anak SMA tentulah berbeda. Sesuai dengan teori Piaget yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak sekolah dasar masih berada dalam tahap operasional kongkrit, maka pelajaran seni rupa untuk anak sekolah dasar juga harus menggunakan benda-benda yang kongkrit dan ada di sekitar anak. Sehingga anak akan lebih mudah mengembangkan kreatifitasnya sesuai apa yang mereka bayangkan dalam pikirannya dan apa yang mereka pernah liat di lingkungan sekitarnya.
            Berdasarkan kurikulum 2013, mata pelajaran SBDP yang memuat seni rupa akan diajarkan dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik akan menggabungkan beberapa mata pelajaran dan diajarkan dengan satu tema. Dari tema ini siswa akan bisa mempelajari berbagai mata pelajaran, termasuk mata pelajaran SBDP. Dengan pembelajaran tematik ini, maka peran guru sangat penting dalam proses pembelajaran. Guru harus pintar memadukan pelajaran dalam tema. Misalkan dalam belajar tentang tema keragaman budaya bangsaku, maka dalam tema itu guru bisa mengajarkan seni rupa kepada siswa. Berawal dari keragaman budaya Indonesia, guru akan menjelaskan kebudayaan-kebudayaan yang ada di seluruh nusantara, kemudian akan mempelajari tentang budaya batik.
            Batik merupakan salah satu kebudayaan Indonesia yang telah ada sejak lama. Batik diwariskan oleh nenek moyang kita. Di Indonesia, batik secara resmi ditetapkan sebagai budaya asli milik Indonesia pada tanggal 2 oktober 2009 oleh UNESCO. Sehingga pada tanggal 2 oktober ditetapkan sebagai hari batik nasional. Masyarakat Indonesia sangat dekat batik. Banyak sekali daerah-daerah di Indonesia yang mempunyai model batik dengan corak yang berbeda. Karena batik merupakan budaya bangsa yang perlu dilestarikan, maka dalam pelajaran SBDP yang memuat seni rupa akan diajarkan tentang “membatik sederhana”.  Membatik sederhana memerlukan bahan-bahan yang sederhana seperti krayon, cat air, kertas, kuas dan palet. Krayon digunakan sebagai pengganti lilin yang berfungsi sebagai perintang. Perintang adalah penghalang warna. Dengan perintang (lilin atau krayon), maka saat proses pewarnaan tidak terjadi penyerapan warna pada lilin atau krayon yang digoreskan pada kertas sehingga warna lilin atau krayon tersebut tidak berubah warna.
Dalam membuat sebuah batik sederhana harus menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Prinsip dalam membatik sederhana harus dijelaskan oleh guru kepada siswa, agar siwa dapat membatik sederhana dengan baik. Prinsip dalam membatik sederhana adalah prinsip pelekatan lilin atau krayon dan prinsip pewarnaan. Lilin atau krayon digunakan dalam membentuk motif batik pada kertas. Motif batik kemudian diwarnai dengan cat air, sehingga terjadi perpaduan warna. Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah dalam membatik sederhana.
  1.  Siapkan kertas ukuran A4 yang tebalnya kurang lebih 100gram.
  2.  Buat motif batik atau gambar sesukamu dengan menggunakan krayon.
  3. Motif atau gambar boleh diwanai dengan krayon, tetapi jangan semua motif atau gambar diwarnai, agar ada ruang untuk warna cat air.
  4.   Siapkan warna cat air yang kamu pilih pada palet, dan goreskan cat air ke atas motif atau gambar.
  5. Kreasikan warna cat air yang bagus, agar hasil batik lebih menarik.
Dari kegiatan membatik sederhana yang saya lakukan dalam mata kuliah pendidikan seni rupa, ternyata cat air tidak dapat menempel pada motif batik yang telah digambar dengan krayon. Dengan demikian, warna krayon akan tetap seperti semula, tanpa ada penyerapan oleh cat air. Dari kegiatan membatik sederhana itu saya menemukan permasalahan, kenapa cat air tidak mau menempel pada krayon? Setelah mencari informasi, ternyata krayon tersebut mengandung minyak. Karena sifat air tidak menempel dengan minyak, maka krayon dan cat air itu tidak bisa bersatu. Berikut adalah gambar hasil membatik sederhana saya dalam kuliah pendidikan seni rupa. 


NB: Tugas Mata Kuliah Pendidikan Seni Rupa