Minggu, 22 Desember 2013

Sastra Anak

1.    Karakteristik sastra anak sekolah dasar
Dalam kategori tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget, anak usia sekolah dasar yaitu umur 7-12 tahun, masuk dalam kategori tahap operational konkret. Anak-anak usia ini memiliki ciri-ciri antara lain:
a.    Memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang dunia sekelilingnya. Kerena itu pada umumnya mereka tertarik untuk mengekplorasi lingkungannya dengan hal-hal baru.
b.    Mereka belajar secara efektif bila mereka puas dengan situasi yang ada
c.    Mereka belajar dengan bekerja (learning by doing), mengobservasi (hal-hal nyata, dan berinisiatif mengajar anak-anak lainnya.
Karakteristik anak usia sekolah dasar, memliki 2 fase antara lain:
1.    Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar kira-kira umur 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun.
Beberapa sifat khas anak pada masa ini antara lain adalah:
1)   Senang bermain,
Anak senang bermain maksudnya dalam usia yang masih dini anak cenderung untuk ingin bermain dan menghabiskan waktunya hanya untuk bermain karena anak masih polos yang dia tahu hanya bermain maka dari itu agar tidak megalami masa kecil kurang bahagia anak tidak boleh dibatasi dalam bermain..
2)   Senang bergerak
Anak senang bergerak maksudnya dalam masa pertumbuhan fisik dan mentalnya anak menjadi hiperaktif seperti merasa tidak lelah dan tidak mau diam.
3)   Senang bekerja dalam kelompok
Dalam kelompok tersebut anak dapat belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tanggung jawab, dan belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif). Guru dapat membuat suatu kelompok kecil misalnya 3-4 anak agar lebih mudah mengkoordinir karena terdapat banyak perbedaan pendapat dan dapat mengurangi pertengkaran antar anak dalam satu kelompok. Kemudian anak tersebut diberikan tugas untuk mengerjakannya bersama. Dengan hal tersebut, anak harus bertukar pendapat dan menjadi lebih menghargai pendapat orang lain.
4)   Senang merasakan/melakukan sesuatu secara langsung.
Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama.
5)   Anak cengeng
Pada umur anak SD, anak masih cengeng dan manja. Mereka selalu ingin diperhatikan dan dituruti semua keinginannya mereka masih belum mandiri dan harus selalu dibimbing.
6)   Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
Pada pendidikan dasar yaitu SD, anak susah dalam memahami apa yang diberikan guru, guru harus dapat membuat atau menggunakan metode yang tepat misalnya agar anak dapat memahami pelajaran yang diberikan dengan menemukan sendiri inti dari pelajaran yang diberikan.
7)   Senang diperhatikan
Di dalam suatu interaksi sosial anak biasanya mencari perhatian teman atau gurunya mereka senang apabila orang lain memperhatikannya, dengan berbagai cara dilakukan agar orang memperhatikannya.
8)   Senang meniru
Dalam kehidupan sehari-hari anak mencari suatu figur yang sering dia lihat dan dia temui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang yang ingin dia tiru tersebut. Dalam kehidupan nyata banyak anak yang terpengaruh acara televisi dan menirukan adegan yang dilakukan, misalkan acara smack down yang dulu ditayangkan sekarang sudah ditiadakan karena ada berita anak yang melakukan gerakan dalam smack down pada temannya, yang akhirnya membuat temannya terluka. Namun sekarang acara televisi sudah dipilah-pilah untuk siapa acara itu ditonton.
2.    Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar kira-kira umur 9 tahun 10 tahun sampai kira-kira umur 12 atau 13 tahun


Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah:
1)   Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret
2)   Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar
3)   Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus
4)   Sampai kira-kira umur II tahun anak dapat membutuhkan seorang guru/orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya. Setelah kira-kira umur II tahun pada umumnya anak menghadapi tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri

2.    Contoh karya sastra anak
Karya sastra anak adalah karya sastra yang isinya mengenai anak-anak; kehidupannya,kesenangannya,sifat-sifatnya,dan perkembangannya. Perbeda-an yang mencolok antara karya sastra anak dengan karya sastra orang dewasa terletak pada tingkat keterbacaan dan tingkat kesesuaiannya.
Keterbacaan adalah mudah tidaknya suatu bacaan untuk dicerna,dihayati,dipahami, dan dinikmati oleh pembacanya. Kriteria keterbacaan meliputi: kejelasan bahasa, kejelasan tema, kejelasan tema, kesederhanaan plot, kejelasan perwatakan, kesederhanaan latar, dan kejelasan pusat pengisahan. Sedangkan kesesuaian, karya sastra anak-anak harus memperhatikan perkembangan psikologi atau jiwa, usia dan moral anak-anak.
Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan prosa, melainkan juga bentuk drama.
1.    Apresiasi Sastra Secara Reseptif
Apresiasi sastra secara reseptif adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa yang dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan dan menyaksikan pementasan drama.
Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra secara reseptif, diantaranya sebagai berikut:
1)        Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk mampu menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam suatu karya sastra tertentu, baik dari segi bentuk maupun dari segi isi.
2)        Pendekatan Didaktis
Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai amanat, petuah, nasihat, pandangan keagamaan yang sarat dengan nilai-nilai yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.
3)        Pendekatan Analitis
Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya membantu pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur intrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya. Namun demikian, penerapan pendekatan analitis dalam pembelajaran sastra di SD tidaklah berarti harus selengkap seperti yang dipaparkan diatas. Dianggap telah memadai, jika telah dapat mengungkapakan unsur-unsur yang membangun karya sastra yang dibaca, dan dapat menunjukkan hubungan antarunsur yang saling mendukung atau saling bertentangan, serta mampu memaparkan pesan-pesan yang dapat memperkaya pengalaman rohaniah.
2.    Apresiasi Sastra Secara Produktif
Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra secara produktif, diantaranya sebagai berikut:
1)        Pendekatan Parafrastis
Parafrase merupakan salah satu keterampilan yang dapat meningkatkan apresiasi sastra siswa. Melalui parafrase, siswa berlatih mengubah bentuk karya sastra tertentu menjadi bentuk karya sastra yang lain tanpa mengubah tema atau gagasan pokoknya.


2)        Pendekatan Analitis
Pendekatan Analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk memahami unsur-unsur intrinsik yang membangun suatu karya sastra tertentu dan hubungan antarunsur yang satu dengan lainnya sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Contoh Puisi
ANAK
Cintaku padamu ibu
Saat ku termenung dalam lamunan
Ku teringat wajahmu
Senyummu yang tak pernah pudar
Selalu warnai hariku


Cinta yang engkau berikan
Telah membuatku menangis didalam kalbu
Engkau menjagaku sejak dulu
Hingga saat ini

Kehadiranmu yang membuat
Ku bisa ada didunia ini
Dengan kasihmu
Aku tumbuh menjadi anak yang baik


Contoh Prosa
Kado ultah buat adikku
Minggu yang lalu adalah hari ulang tahun adikku. Waktu itu aku ingin memberi kado istimewa untuknya. Pulang dari sekolah aku mampir ke took elektronik, kubeli beberapa komponen rangkaian “Suara Burung” seperti yang pernah diberikan Pak Harun pada kegiatan ekstrakurikuler satu bulan yang lalu. Komponen “Suara Burung” sengaja kurangkai malam hari, saat adikku tidur. Begitu selesai, kukemas rapi dengan sampul bergambar aneka robot. Ya, kado kecil mungil dan cantik. Beberapa bungkus kado telah berjajar rapi di samping tempat tidur Willy, adikku.
Kado-kado itu dari saudara sepupu dan teman-teman akrabnya di kelas II. Pelan-pelan kulangkahkan kaki ke kamarnya. Kucium kening Willy sambil mengucapkan Selamat Ulang Tahun, dengan memberikan Kemasan “Suara Burung” hanya sebesar genggaman orang dewasa, kuletakkan di telapak tangannya. Sebenarnya ia masih tidur, tetapi perlahan-lahan Selepas azan subuh tiba-tiba Willy berteriak, “Ibuuu aku terlambat ke sekolah, nih! Burung kutilang sudah berkicau, Buu! Dia suka bertengger di pohon mangga itu saat jam tujuh, Buuu!” Kami berhamburan ke kamar Willy. Iih, dia belum melepas selimutnya. “Lihat jam dinding!” kataku. Mata Willy masih terpejam malas. “Burung kutilang itu sudah berkicau, Kak! Biasanya jam tujuh!” Ibu menarik selimut Willy. Adik manja itu bangun. Tiba-tiba suara kicauan burung berhenti. Willy dan ibu bengong melihat Kado pemberianku tertindih bahu Willy. Sambil tersenyum manis Willy membuka kado itu. “Ooo, pantesan burung-burung berkicau, saklarnya kepencet Kak!” Kami pun tertawa bersama-sama seraya memeluk Willy.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar