1.
Karakteristik sastra anak sekolah dasar
Dalam
kategori tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget, anak usia
sekolah dasar yaitu umur 7-12 tahun, masuk dalam kategori tahap operational
konkret. Anak-anak usia ini memiliki ciri-ciri antara lain:
a.
Memiliki rasa ingin tahu yang
besar tentang dunia sekelilingnya. Kerena itu pada umumnya mereka tertarik
untuk mengekplorasi lingkungannya dengan hal-hal baru.
b.
Mereka belajar secara efektif
bila mereka puas dengan situasi yang ada
c.
Mereka belajar dengan bekerja (learning by doing), mengobservasi
(hal-hal nyata, dan berinisiatif mengajar anak-anak lainnya.
Karakteristik
anak usia sekolah dasar, memliki 2 fase antara lain:
1.
Masa kelas-kelas
rendah sekolah dasar kira-kira umur 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun.
Beberapa
sifat khas anak pada masa ini antara lain adalah:
1)
Senang bermain,
Anak
senang bermain maksudnya dalam usia yang masih dini anak cenderung untuk ingin
bermain dan menghabiskan waktunya hanya untuk bermain karena anak masih polos
yang dia tahu hanya bermain maka dari itu agar tidak megalami masa kecil kurang
bahagia anak tidak boleh dibatasi dalam bermain..
2)
Senang bergerak
Anak
senang bergerak maksudnya dalam masa pertumbuhan fisik dan mentalnya anak menjadi
hiperaktif seperti merasa tidak lelah dan tidak mau diam.
3)
Senang bekerja dalam kelompok
Dalam
kelompok tersebut anak dapat belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar
setia kawan, belajar tanggung jawab, dan belajar bersaing dengan orang lain
secara sehat (sportif). Guru dapat membuat suatu kelompok kecil misalnya 3-4
anak agar lebih mudah mengkoordinir karena terdapat banyak perbedaan pendapat
dan dapat mengurangi pertengkaran antar anak dalam satu kelompok. Kemudian anak
tersebut diberikan tugas untuk mengerjakannya bersama. Dengan hal tersebut, anak
harus bertukar pendapat dan menjadi lebih menghargai pendapat orang lain.
4)
Senang merasakan/melakukan
sesuatu secara langsung.
Ditinjau
dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret.
Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep
baru dengan konsep-konsep lama.
5)
Anak cengeng
Pada
umur anak SD, anak masih cengeng dan manja. Mereka selalu ingin diperhatikan
dan dituruti semua keinginannya mereka masih belum mandiri dan harus selalu
dibimbing.
6)
Anak sulit memahami isi
pembicaraan orang lain.
Pada
pendidikan dasar yaitu SD, anak susah dalam memahami apa yang diberikan guru,
guru harus dapat membuat atau menggunakan metode yang tepat misalnya agar anak
dapat memahami pelajaran yang diberikan dengan menemukan sendiri inti dari pelajaran
yang diberikan.
7)
Senang diperhatikan
Di
dalam suatu interaksi sosial anak biasanya mencari perhatian teman atau gurunya
mereka senang apabila orang lain memperhatikannya, dengan berbagai cara dilakukan
agar orang memperhatikannya.
8)
Senang meniru
Dalam
kehidupan sehari-hari anak mencari suatu figur yang sering dia lihat dan dia
temui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang yang
ingin dia tiru tersebut. Dalam kehidupan nyata banyak anak yang terpengaruh acara
televisi dan menirukan adegan yang dilakukan, misalkan acara smack down yang dulu
ditayangkan sekarang sudah ditiadakan karena ada berita anak yang melakukan
gerakan dalam smack down pada temannya, yang akhirnya membuat temannya terluka.
Namun sekarang acara televisi sudah dipilah-pilah untuk siapa acara itu
ditonton.
2.
Masa kelas-kelas
tinggi sekolah dasar kira-kira umur 9 tahun 10 tahun sampai kira-kira umur 12
atau 13 tahun
Beberapa
sifat khas anak-anak pada masa ini adalah:
1)
Adanya minat
terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret
2)
Amat realistis,
ingin tahu, ingin belajar
3)
Menjelang akhir
masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus
4)
Sampai kira-kira
umur II tahun anak dapat membutuhkan seorang guru/orang-orang dewasa lainnya
untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya. Setelah kira-kira umur
II tahun pada umumnya anak menghadapi tugasnya dengan bebas dan berusaha
menyelesaikannya sendiri
2.
Contoh karya sastra anak
Karya
sastra anak adalah karya sastra yang isinya mengenai anak-anak;
kehidupannya,kesenangannya,sifat-sifatnya,dan perkembangannya. Perbeda-an yang
mencolok antara karya sastra anak dengan karya sastra orang dewasa terletak
pada tingkat keterbacaan dan tingkat kesesuaiannya.
Keterbacaan
adalah mudah tidaknya suatu bacaan untuk dicerna,dihayati,dipahami, dan
dinikmati oleh pembacanya. Kriteria keterbacaan meliputi: kejelasan bahasa,
kejelasan tema, kejelasan tema, kesederhanaan plot, kejelasan perwatakan,
kesederhanaan latar, dan kejelasan pusat pengisahan. Sedangkan kesesuaian,
karya sastra anak-anak harus memperhatikan perkembangan psikologi atau jiwa,
usia dan moral anak-anak.
Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa
suatu karya sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan
kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh
anak-anak itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk
puisi dan prosa,
melainkan juga bentuk drama.
1.
Apresiasi Sastra Secara Reseptif
Apresiasi
sastra secara reseptif adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap
karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa yang dapat dilakukan
dengan cara membaca, mendengarkan dan menyaksikan pementasan drama.
Ada
beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra secara
reseptif, diantaranya sebagai berikut:
1)
Pendekatan Emotif
Pendekatan
emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk mampu menemukan dan
menikmati nilai keindahan (estetis) dalam suatu karya sastra tertentu, baik
dari segi bentuk maupun dari segi isi.
2)
Pendekatan Didaktis
Pendekatan
didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai amanat, petuah, nasihat,
pandangan keagamaan yang sarat dengan nilai-nilai yang dapat memperkaya
kehidupan rohaniah pembaca.
3)
Pendekatan Analitis
Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya
membantu pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap
pengarang, unsur intrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat
membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas bentuk
dan maknanya. Namun demikian, penerapan pendekatan analitis dalam pembelajaran
sastra di SD tidaklah berarti harus selengkap seperti yang dipaparkan diatas.
Dianggap telah memadai, jika telah dapat mengungkapakan unsur-unsur yang
membangun karya sastra yang dibaca, dan dapat menunjukkan hubungan antarunsur
yang saling mendukung atau saling bertentangan, serta mampu memaparkan
pesan-pesan yang dapat memperkaya pengalaman rohaniah.
2.
Apresiasi
Sastra Secara Produktif
Ada
beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra secara
produktif, diantaranya sebagai berikut:
1)
Pendekatan Parafrastis
Parafrase
merupakan salah satu keterampilan yang dapat meningkatkan apresiasi sastra
siswa. Melalui parafrase, siswa berlatih mengubah bentuk karya sastra tertentu
menjadi bentuk karya sastra yang lain tanpa mengubah tema atau gagasan
pokoknya.
2)
Pendekatan Analitis
Pendekatan
Analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk memahami unsur-unsur
intrinsik yang membangun suatu karya sastra tertentu dan hubungan antarunsur
yang satu dengan lainnya sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Contoh Puisi
ANAK
Cintaku padamu ibu
Saat ku termenung dalam
lamunan
Ku teringat wajahmu
Senyummu yang tak pernah
pudar
Selalu warnai hariku
Cinta yang engkau
berikan
Telah membuatku
menangis didalam kalbu
Engkau menjagaku
sejak dulu
Hingga saat ini
Kehadiranmu yang
membuat
Ku bisa ada didunia ini
Dengan kasihmu
Aku tumbuh menjadi
anak yang baik
Contoh Prosa
Kado
ultah buat adikku
Minggu
yang lalu adalah hari ulang tahun adikku. Waktu itu aku ingin memberi kado
istimewa untuknya. Pulang dari sekolah aku mampir ke took elektronik, kubeli
beberapa komponen rangkaian “Suara Burung” seperti yang pernah diberikan Pak
Harun pada kegiatan ekstrakurikuler satu bulan yang lalu. Komponen “Suara
Burung” sengaja kurangkai malam hari, saat adikku tidur. Begitu selesai,
kukemas rapi dengan sampul bergambar aneka robot. Ya, kado kecil mungil dan
cantik. Beberapa bungkus kado telah berjajar rapi di samping tempat tidur
Willy, adikku.
Kado-kado
itu dari saudara sepupu dan teman-teman akrabnya di kelas II. Pelan-pelan
kulangkahkan kaki ke kamarnya. Kucium kening Willy sambil mengucapkan Selamat
Ulang Tahun, dengan memberikan Kemasan “Suara Burung” hanya sebesar genggaman
orang dewasa, kuletakkan di telapak tangannya. Sebenarnya ia masih tidur,
tetapi perlahan-lahan Selepas azan subuh tiba-tiba Willy berteriak, “Ibuuu aku
terlambat ke sekolah, nih! Burung kutilang sudah berkicau, Buu! Dia suka
bertengger di pohon mangga itu saat jam tujuh, Buuu!” Kami berhamburan ke kamar
Willy. Iih, dia belum melepas selimutnya. “Lihat jam dinding!” kataku. Mata
Willy masih terpejam malas. “Burung kutilang itu sudah berkicau, Kak! Biasanya
jam tujuh!” Ibu menarik selimut Willy. Adik manja itu bangun. Tiba-tiba suara
kicauan burung berhenti. Willy dan ibu bengong melihat Kado pemberianku
tertindih bahu Willy. Sambil tersenyum manis Willy membuka kado itu. “Ooo,
pantesan burung-burung berkicau, saklarnya kepencet Kak!” Kami pun tertawa
bersama-sama seraya memeluk Willy.